Mungkin karena saya terlahir dari darah pendidik dan pengajar maka saya sekarang menjadi seorang pengajar pula. Walau bapak saya dulu tidak pernah mengharuskan anaknya menjadi seorang guru, namun ternyata nasib membawa saya pada pilihan untuk berprofesi sebagai tenaga pengajar (dosen).
Karir saya mengajar berawal dari guru ekstrakulikuler komputer grafis di MAN, lalu menjadi mentor privat komputer grafis, selanjutnya menjadi guru seni rupa di SMK dan saat ini saya mengajar di sekolah tinggi swasta DKV. Entah kenapa, lambat laun status dan posisi mengajar saya semakin mapan. Hanya secara finansial memang saya bukan seorang dosen yg bergaji tinggi.
Rasa cinta saya pada profesi ini mulai tumbuh. Sedikit demi sedikit kenyamanan itu mulai hadir. Saya merasa inilah dunia saya. Saya merasa ilmu yg selama ini saya pelajari berguna bagi banyak orang. Saya merasa dibutuhkan. Saya merasa apa yg saya miliki diapresiasi oleh sebagian orang. Saya merasa memiliki dunia baru, pengalaman, teman & murid yg menghargai saya. Itu yg saya rasakan. It's me, it's my own life.
Walau saya termasuk dosen yang slow respond terhadap peraturan pemerintah, namun perhatian saya terhadap mahasiswa saya tidak berkurang sedikitpun. Saya selalu berusaha untuk mengajar dengan seluruh kemampuan saya. Mendengarkan keluh kesah mahasiswa saya, dan selama ini saya selalu memberikan treatment yg berbeda kepada tiap mahasiswa saya sesuai dengan karakter, kemampuan dan potensi mereka. Saya terkadang suka menantang mahasiswa saya untuk membuat karya yg tidak cuma bagus, baik secara visual maupun konsep, namun karya tersebut dapat berguna bagi sebagian orang. Migunani Tumpraping Liyan. Saya tidak hanya ingin menjadi seorang pengajar, namun saya harus menjadi seorang pendidik untuk melahirkan seorang yg sukses bukan secara materi namun memiliki attitude.
Saat saya mengajar itulah saya sekaligus belajar, belajar dari mahasiswa saya, belajar dari teman teman dosen, update ilmu, lifestyle dan kecenderungannya. Saya memiliki motto hidup, jangan pernah merasa malu menjadi orang bodoh, karena kita tak akan pernah cukup pintar dan lebih pintar dari siapapun. Diatas langit masih ada langit. Memposisikan diri sebagai gelas yang belum terisi penuh air, agar ilmu selalu mengalir kedalamnya. Dan jangan pernah malu belajar dengan orang yg lebih muda, baik teman maupun mahasiswa.
Berat rasanya jika semua itu berakhir, berat rasanya jika kehilangan dunia yg selama ini mampu membuat saya mencurahkan ekspresi, mengaktualisasikan diri dan merasa memiliki cita-cita.
Disisi lain, saya adalah seorang istri dan ibu dari dua anak balita yg masih butuh banyak perhatian dan kasih sayang. Komitmen saya bersama suami saat menikah adalah membesarkan anak anak kami sendiri, dengan tangan kami. Dan sampai saat ini masih kami pegang teguh.
Setiap keputusan yg diambil bukan tanpa resiko dan tanpa pemikiran, termasuk bekerja dan memilih pekerjaan. Pemikiran saya tentang 'seru'nya menjadi full time mother terpikir saat saya hamil anak kedua kami. Saat saya bekerja bukannya saya tidak memikirkan mereka dan tidak mencintai mereka. Justru saat saya jauh cinta saya pada mereka semakin menggebu. Mungkin karena saya ini seorang ibu yang bertipe plegmatis jadi sangat susah mengungkapkan keromantisan antara orang tua dan anak. Saya berfikir, setiap orangtua memiliki caranya sendiri untuk mencintai, mendidik dan membesarkan anaknya. Tak ada yg salah...mungkin hanya ada yg kurang tepat saja.
Setelah 5th mengajar dan mendidik anak orang, mungkin saat ini waktunya pulang. Mungkin ini adalah jalan saya untuk membaikkan apa yg sudah saya ucapkan, tentang komitmen dan masa depan anak-anak, juga keluarga saya. Saat ini saya hanya ingin kalian, teman, keluarga, rekan, murid, mendukung saya untuk menjadi seorang fulltime mother seperti saat kalian semua mendukung saya menjadi seorang pengajar.
Semoga apa yg menjadi keputusan saya menjadi keridhoan banyak pihak agar Allah SWT senantiasa meridhoi setiap langkah di jalan hidup saya. Rizky datang dari mana saja, asalkan kita mau berdoa dan berusaha. Beramal baik bisa dimana saja asal kita selalu ikhlas dalam berbagi kebaikan. Amin
Karena ternyata, keluarga dan anak anak saya lebih membutuhkan saya. Dan mereka adalah segala-galanya bagi saya. Hidup adalah pilihan. Terimakasih teman, terimakasih mahasiswa dan sayonara :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar