Jumat, 11 Desember 2015

Semangat TA

Di dukung oleh tim flowflip angkatan 2013  DKV Visi,  kami merencanakan sebuah perancangan media edukasi pendidikan seks untuk anak-anak dalam konteks pencegahan kekerasan seksual pada anak usia dini. 

Sebuah media edukasi dengan konsep berbicara tentang seks tanpa harus menggunakan kata-kata seksual. Menggunakan pendekatan bermain dan interaktif.  Bertujuan memberikan awareness pada anak-anak dengan konten yang menarik, dan anak dapat mengeksplorasi media tersebut bersama pendamping, sendiri, maupun  bersama teman-teman nya . Selanjutnya dapat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari secara spontan dan berulang-ulang.

Semoga hasilnya baik dan dapat bermanfaat bagi para orang tua, guru maupun anak-anak Indonesia.  Amin

Jumat, 19 Juni 2015

Pameran DKV - PALAWIJA - STSRD VISI JOGJA

Pameran ini merupakan hasil karya teman-teman peserta matakuliah DKV 4. Bertema PALAWIJA (Pameran jalur wisata jogja), mengangkat potensi wisata dan umkm dari 4kabupaten dan kotamadya DI Walaupun ini hanya karya tugas, mereka mengerjakannya dengan maksimal. Kebetulan saya dan mbak Peny sebagai dosen pengampu matakuliah ini. Ada 10 karya yg dipamerkan. Dari 10 karya yg kami bagi menjadi 10 kelompok (masing masing beranggotakan 4-5 mahasiswa), ada 5 karya favorit yang masing-masing karya memiliki kelebihan dan keunikan.

Visit Kulon Progo (Aldi, Jaka, Crhisma & Truly)
Secara visual mampu menjawab kebutuhan TA yaitu anak SMA usia 15-19th dengan gaya desain flat. Nuansa piknik anak muda sangat kental dan terekam dlm karya ini. Mereka juga menggunakan strategi yg sangat simpel dalam bermedia, menggunakan unconventional media, menembak TA melalui geografis hangout destinasinya dan social behaviour dari TA tersebut. Dalam karya ini mereka memanfaatkan kemudahan QR code untuk menggiring TA pada campaign mereka.

Goes to Gunung Kidul (Odi, Chaca, Fatih, Cesar & )
Dengan konsep dari Big Idea Adventourious You! Menampilkan solusi visual yg memiliki nuansa sangat adventure sekali (saya merasa tiba-tiba menjadi Lara Croft, :p) dengan balutan gaya desain artdeco. Nuansa karya ini mampu membawa TA merasakan kesan adventurenya dari pertamakali mereka melihat visualnya. Selain itu strategi dan program media yg digunakan dan dipilih mampu menjawab kebutuhan anak muda sebagai TA dari Campaign ini.

Selanjutnya karya,
Trip to Sleman (Aan, Lukman, Mugi dan Panji)
Ini adalah Karya paling saya suka, selain unik TA nya adalah ibu-ibu dengan range usia 45-53th, berkegiatan sebagai ibu rumah tangga maupun wanita karir usia senja yg suka berkumpul dalam organisasi kampung, dasawisma, pkk dan berstrata sosial menengah. Mereka cukup cermat dan berhasil dalam membaca dan menggali potensi TA, hingga memiliki solusi yang sangat unik dan menarik dan sesuai dengan apa yg menjadi kebutuhan TA melalui habituasi TA mereka, apa yg mereka takuti dan apa yg mereka inginkan. Media yg digunakan juga terbilang unik, unconventional dengan strategi dan program yg simpel, cukup mudah dimengerti oleh TA. Kelompok ini benar-benar bisa menghadirkan TTL dengan baik dan memberi solusi yg sangat bisa diaplikasikan. Kemampuan mereka membaca dan memahami TA patut diapresiasi dengan jempol dua :) 

Kelompok selanjutnya adalah (uchi, jannah, icha, alfan & syukri) penggagas kampanye Discover Sleman.
Yang menjadi unik dalam perancangan ini adalah mereka mampu membuat program piknik mereka berbeda (differensiasi) dengan yg lain. Mereka merancang piknik mereka sebagai main media dan mengadakan challenge (tantangan). Piknik semi outbond ini digagas mereka dengan cukup menarik dan dipromosikan dalam program media kampanye yg memungkinkan TA memilih tour ini karena banyak sekali reward yg akan didapatkan.

Karya favorit saya yang terakhir adalah Ayo ke Gunung Kidul ( Rizal, Edho, Graphie & Guntur)
Alasan kenapa saya suka campaign mereka adalah mereka memilih jalur panjang dalam strategi bermedia, hal ini memiliki keuntungan yaitu TA akan memiliki awareness terhadap campaign mereka. Dari mulai pre-main-follow upnya masing masing melewati tahapan yg tidak membosankan namun justru membuat TA merasa enjoy dan akan memilih untuk loyal dan dengan mudah 'sharing soal ini'. Mereka juga melakukan endorsment, road to campus, bikin photoboot dan selfie di gunkid yg nantinya dapat diunggah di instagram dengan (hastag) #ayokegunungkidul sebagai follow up adalah voucher trip bagi yg fotonya terpilih jadi fav dengan like terbanyak. Feature media adalah merchandise dengan pilihan stuffs yg anak muda banget secara TAnya adalah mereka yg sedang duduk di bangku kuliah usia 18-23 th :)

Itulah 5 karya fav saya. Bukan berarti yg lain jelek...tapi karena saya harus memilih 5 karya saja yg nantinya dipilih lagi untuk pameran karya terbaik semester genap mahasiswa STSRD VISI di galery Kreatif VISI Jl Tamansiswa 150B Yogya, nantikan pameran karya terbaiknya. Tonton pameran Palawijanya, mumpung masih tayang, hari ini terakhir pameran ditutup jam 16.00 wib :)

Rabu, 06 Mei 2015

Seberapa besar keDKVanmu??!!

Saya pernah memposting status ini di akun facebook saya. Status ini sebagai tanggapan dari para dosen senior saya yg selalu mempermasalahkan pekerjaan teman-teman saya ketika mereka lulus dan tidak mengambil kesempatan untuk bekerja di bidang desain atau semacamnya.

Saya merasa itu adalah pertanyaan yg paling bodoh yang pernah saya dengar selama ini. Dan tetap menempati urutan terbodoh sampai saat ini. Mengapa? Karena mereka yg mengatakan bahwa DKV itu tak akan bisa mendapatkan keDKVannya kalau tidak ada masalah (problem) dan tak mampu menyelesaikan permasalahan tanpa bantuan ilmu lain. So...That is called a stupid question!!!

Selama ini, saya selalu menanamkan persepsi kepada mahasiswa saya bahwa DKV itu tidak hanya ada di bangku kelas saja. DKV tidak hanya berdiri di kampus desain saja, DKV itu multi disiplin ilmu, DKV bisa kamu temukan di manapun. Konteks DKV bukan hanya desain grafis semata. DKV juga bukan periklanan semata. DKV juga bukan sekedar apa yg kamu lakukan sekarang... jadi jika kamu bekerja tidak dalam lingkup DKV, jangan kamu khawatir karena pekerjaanmu apapun itu pasti membutuhkan DKV. Karena DKV juga butuh permasalahanmu. DKV itu tentang koneksitas, tentang simbiosis mutualisme dan saling melengkapi.

Cerita Menarik dari Pak Jadi

Sebenarnya cerita ini pernah saya posting, namun gagal publish karena entah kenapa aplikasi blogger tiba-tiba menjadi tidak bersahabat waktu itu.

Cerita ini adalah oleh-oleh dari Pak Jadi selama beliau sekolah S2 di pascasarjana ITB. Pak Jadi adalah rekan kerja saya, seorang dosen yg berdedikasi tinggi pada profesinya. Pak Jadi pernah bercerita kepada saya tentang seseorang yg ditokohkan oleh masyarakat sebagai pakar semiotika yg sangat low profile. Beliau adalah seorang Dosen yang mengajar ilmu semiotika di pascasarjana DKV ITB. Sebagai seorang dosen senior beliau selalu memposisikan dirinya seperti layaknya mahasiswa yg masih harus banyak belajar. Dan yg menjadikannya istimewa adalah  beliau selalu menggunakan contoh yg sama saat mengajar, dalam berbagai contoh kasusnya. Mungkin sebagian mahasiswa berfikir kalau dosen ini tidak bisa menemukan contoh lain atau mungkin sebagian berfikir kalau dosen ini out of date alias ketinggalan jaman. Masa, bisa-bisanya di era internet, dengan referensi yg sangat banyak kalau hanya untuk sekedar mencari contoh materi mengajar apa susahnya, sih? contoh yg diberikanpun adalah sebuah iklan yg sudah sangat lama dan jadul, yaitu iklan gudang garam merah... pria punya selera, yg menampilkan sosok pria sedang merokok dengan gaya dandanan Awal 90an. Kata Pak Jadi... Setelah beberapa kali pertemuan para mahasiswa bertanya-tanya, pada akhir pertemuan satu semester beliau baru bercerita kalau ternyata contoh gambar tersebut bisa digunakan sebagai contoh. Berbagai macam kasus dan dari berbagai macam sudut pandang kasus tersebut. Katanya, Itu namanya baru semiotika. Satu gambar bisa diartikan dan dikaitkan dengan berbagai macam makna.

Dari cerita di atas, yg menjadi catatan saya adalah... sebagai seorang dosen senior beliau layaknya pepatah dalam kamus desain less is more, sederhana itu lebih. Memberi contoh pada mahasiswa tak perlu dengan sesuatu yg wah demi membuktikan dirinya superior dan yg ter... **** Namun simple dan sederhana hanya dengan satu contoh saja tapi bisa mewakili berbagai macam makna. Amazing! Saya jadi sangat ingin menjadi seperti beliau.

Jadi kesimpulannya adalah semakin hebat seseorang itu akan semakin sedikit bicara dan bijaksana dalam memberikan solusi. Karena pada hakekatnya sebuah permasalahan itu sesungguhnya bisa diatasi atau diselesaikan dari berbagai sudut pandang yg berbeda. Seperti halnya 2 tidak harus 1+1 tapi bisa 3-1 atau 2x1 mungkin juga 4:2 dan masih banyak lagi, hanya kita akhirnya harus bisa memilih yg paling pas/tepat untuk jawaban ini.

Dari cerita tersebut saya jadi punya ide...Untuk mengatasi masalah yg dihadapi mahasiswa dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Kenapa tidak dalam pengerjaan tugas tersebut satu big idea dari sebuah karya besar bisa digunakan untuk beberapa tugas mata kuliah. Tinggal kita sesuaikan konteks yg diminta dalam penugasan di masing-masing mata kuliah. Tentu saja itu sangat membutuhkan tingkat kreatifitas yg cukup tinggi. Dan saya berani mengatakan bahwa itu semua bisa dilakukan. Selain efektif dalam waktu juga efisien dalam pengerjaannya. Selain itu juga membuktikan kalau mahasiswa tersebut cukup jenius, karena mampu menyatukan (dalam bahasa jawa, nggathukke) antar konteks perancangannya sesuai dengan brief/ tugas yg berbeda-beda dari masing masing mata kuliah yg mereka kerjakan.

Selasa, 05 Mei 2015

Let me come home, terimakasih teman, terimakasih mahasiswa :)

Mungkin karena saya terlahir dari darah pendidik dan pengajar maka saya sekarang menjadi seorang pengajar pula. Walau bapak saya dulu tidak pernah mengharuskan anaknya menjadi seorang guru, namun ternyata nasib membawa saya pada pilihan untuk berprofesi sebagai tenaga pengajar (dosen).

Karir saya mengajar berawal dari guru ekstrakulikuler komputer grafis di MAN, lalu menjadi mentor privat komputer grafis, selanjutnya menjadi guru seni rupa di SMK dan saat ini saya mengajar di sekolah tinggi swasta DKV. Entah kenapa, lambat laun status dan posisi mengajar saya semakin mapan. Hanya secara finansial memang saya bukan seorang dosen yg bergaji tinggi.

Rasa cinta saya pada profesi ini mulai tumbuh. Sedikit demi sedikit kenyamanan itu mulai hadir. Saya merasa inilah dunia saya. Saya merasa ilmu yg selama ini saya pelajari berguna bagi banyak orang. Saya merasa dibutuhkan. Saya merasa apa yg saya miliki diapresiasi oleh sebagian orang. Saya merasa memiliki dunia baru, pengalaman, teman & murid yg menghargai saya. Itu yg saya rasakan. It's  me, it's my own life.

Walau saya termasuk dosen yang slow respond terhadap peraturan pemerintah, namun perhatian saya terhadap mahasiswa saya tidak berkurang sedikitpun. Saya selalu berusaha untuk mengajar  dengan seluruh kemampuan saya. Mendengarkan keluh kesah mahasiswa saya, dan selama ini saya selalu memberikan treatment yg berbeda kepada tiap mahasiswa saya sesuai dengan karakter, kemampuan dan potensi mereka. Saya terkadang suka menantang mahasiswa saya untuk membuat karya yg tidak cuma bagus, baik secara visual maupun konsep, namun karya tersebut dapat berguna bagi sebagian orang. Migunani Tumpraping Liyan. Saya tidak hanya ingin menjadi seorang pengajar, namun saya harus menjadi seorang pendidik untuk melahirkan seorang yg sukses bukan secara materi namun memiliki attitude.

Saat saya mengajar itulah saya sekaligus belajar, belajar dari mahasiswa saya, belajar dari teman teman dosen, update ilmu, lifestyle dan kecenderungannya. Saya memiliki motto hidup, jangan pernah merasa malu menjadi orang bodoh, karena kita tak akan pernah cukup pintar dan lebih pintar dari siapapun. Diatas langit masih ada langit. Memposisikan diri sebagai gelas yang belum terisi penuh air, agar ilmu selalu mengalir kedalamnya. Dan jangan pernah malu belajar dengan orang yg lebih muda, baik teman maupun mahasiswa.

Berat rasanya jika semua itu berakhir, berat rasanya jika kehilangan dunia yg selama ini mampu membuat saya mencurahkan ekspresi, mengaktualisasikan diri dan merasa memiliki cita-cita.

Disisi lain, saya adalah seorang istri dan ibu dari dua anak balita yg masih butuh banyak perhatian dan kasih sayang. Komitmen saya bersama suami saat menikah adalah membesarkan anak anak kami sendiri, dengan tangan kami. Dan sampai saat ini masih kami pegang teguh.

Setiap keputusan yg diambil bukan tanpa resiko dan tanpa pemikiran, termasuk bekerja dan memilih pekerjaan. Pemikiran saya tentang 'seru'nya menjadi full time mother terpikir saat saya hamil anak kedua kami. Saat saya bekerja bukannya saya tidak memikirkan mereka dan tidak mencintai mereka. Justru saat saya jauh cinta saya pada mereka semakin menggebu. Mungkin karena saya ini seorang ibu yang bertipe plegmatis jadi sangat susah mengungkapkan keromantisan antara orang tua dan anak. Saya berfikir, setiap orangtua memiliki caranya sendiri untuk mencintai, mendidik dan membesarkan anaknya. Tak ada yg salah...mungkin hanya ada yg kurang tepat saja.

Setelah 5th mengajar dan mendidik anak orang, mungkin saat ini waktunya pulang. Mungkin ini adalah jalan saya untuk membaikkan apa yg sudah saya ucapkan, tentang komitmen dan masa depan anak-anak, juga keluarga saya. Saat ini saya hanya ingin kalian, teman, keluarga, rekan, murid, mendukung saya untuk menjadi seorang fulltime mother seperti saat kalian semua mendukung saya menjadi seorang pengajar.

Semoga apa yg menjadi keputusan saya menjadi keridhoan banyak pihak agar Allah SWT senantiasa meridhoi setiap langkah di jalan hidup saya. Rizky datang dari mana saja, asalkan kita mau berdoa dan berusaha. Beramal baik bisa dimana saja asal kita selalu ikhlas dalam berbagi kebaikan. Amin

Karena ternyata, keluarga dan anak anak saya lebih membutuhkan saya. Dan mereka adalah segala-galanya bagi saya. Hidup adalah pilihan. Terimakasih teman, terimakasih mahasiswa dan sayonara :)