Mungkin anda sebagai dosen ataupun pengajar lainnya pernah merasakan pengalaman seperti yg saya rasakan. Entah siapa yg salah, masing masing dari kita sepertinya tak ada yg mau mengalah. Lalu timbul pertanyaan, kenapa sih mahasiswa sekarang males males? Atau kenapa mereka sekarang jadi semakin menggampangkan tugas yg diberikan oleh dosen? Atau terkadang kita punya pikiran kalau mahasiswa itu kuliah hanya karena status.
Terkadang saya menyalahkan mereka, tapi sering juga saya merasa masih banyak kekurangan untuk pantas menyalahkan mahasiswa. Namun sebenarnya yg terjadi terkadang mahasiswa tersebut tidak sadar kalau dirinya seorang mahasiswa. Kenapa saya katakan seperti itu? Karena selama saya mengajar saya berusaha untuk meminta evaluasi kpd mereka demi kemajuan cara mengajar saya. Dan hasilnya, saya merasa badan mereka boleh besar, tetapi terkadang pola pikir mereka terhadap diri mereka sendiri masih kekanakan.
Suatu ketika saya pernah menyimpulkan hal semacam ini:
Bukan 100% kesahalan mahasiswa jika mereka menjadi seperti ini. Dan saya yakin para dosen/ pengajarpun tidak ingin dianggap tidak becus mengajar karena dosen sudah sepenuh hati dan sekuat tenaga mau mengajar para mahasiswanya tanpa peduli mana sks yg lbih banyak dan menguntungkan baginya. Saya yakin baik itu 2sks atau 4sks usaha untuk mencerdaskan mahasiswa tidak turun 50% untuk 2sks atau menjadi 100% di 4sks. Bagi saya pembagian sks itu hanya berlaku sbagai batasan waktu/ lama mengajar, namun usaha untuk mendidik mereka menjadi seorang mahasiswa yg luar biasa itu akan tetap sama di level 4sks. Jadi saya sangat risih ketika sebuah lembaga pendidikan meributkan honor 2sks dari sistem dosen-team yg diberlakukan dalam suatu matakuliah.
Lalu siapa yg salah?
Saya mencoba bersikap netral...
Namun menurut pengalaman dan proses yg sebenarnya sudah saya jalani selama saya dulu bersekolah s/d saya mahasiswa saya merasa sistem pendidikan di masa sekolah yg membuat mereka "kaget" ketika duduk di bangku kuliah. Selama sekolah saya merasa sudah dijejali, disiapkan, didikte, oleh sistem tugas dlm pelajaran. Setiap soal pasti ada kunci jawabannya, jadi kalau jawaban tidak benar pastilah salah. Kita tidak terbiasa mencari tetapi menunggu jawabannya.
Dari mencari saja kita bisa rasakan bahwa saat ini mahasiswa lebih banyak yg berdiam diri ketika ditanya, kelasnya sepi,hanya mendengarkan menunggu kunci jawaban. Tapi apakah mereka pernah berfikir kalau dosennya berbohong tentang apa yg sudah dikatakan di muka kelas?? Saya pikir mereka akan tetap mengira kita benar...
Mahasiswa bukanlah murid sekolah dasar yg harus selalu dituntun oleh gurunya. Didikte untuk menuliskan jawaban yg benar, tetapi seorang mahasiswa harus punya pikiran untuk menemukan jawabannya sendiri yg berbeda. Karena mahasiswa seharusnya sudah punya hak untuk menentukan sendiri kebenaran atas dirinya. Dan mereka seharusnya sudah bisa menentukan apa yg baik untuknya dan harus berfikir bagaimana cara untuk memenuhinya.
Kebiasaan kultur dan lingkungan juga sedikit mempengaruhi pola pikir mahasiswa jaman sekarang. Dahulu dalam sebuah keluarga bisa memiliki sampai 10 anak.Maka dari itu anak terbesar harus bisa membantu orang tua untuk menjaga adiknya dan adiknya akan menjaga adiknya lagi dan begitu seterusnya. Jadi kemandirian dalam berfikir itu sudah terpola semenjak kecil karena orang tua mereka tidak mungkin memfokuskan perhatiannya pada sedikit anak. Sekarang, dalam satu keluarga memiliki anak tiga itu sudah lebih dari cukup. Orang tua punya waktu lebih untuk menjadi over protective terhadap anak anak mereka. Terkadang anak sudah menikah pun masih saja digondeli.
Lalu apa sebenarnya yg bisa dilakukan oleh mahasiswa untuk bisa menjadi seorang "mahasiswa"?. Dia haruslah kuat dan tangguh di segala medan. Bekali diri dengan pendidikan organisasi, karena menurut pengalaman saya 70% dri 100% mahasiswa yg berhasil ketika sudah terjun dalam masyarakat adalah mereka yg memiliki backgroung organisasi. Dalam organisasi kita akan dibiasakan dengan usulan pemecahan masalah dari hasil pemikiran kita sendiri, tentunya pemikiran tersebut disesuaikan dengan konteksnya.
Usulan solusi untuk dosen: tegas bukan berarti galak, killer, namun ada baiknya kita membaca setiap kritikan dari mahasiswa, tentu saja disesuaikan dengan konteksnya dan relevansi thdp matakuliah...
Suatu hari saya mencoba mengevaluasi beberapa dari mahasiswa yg menurut saya dia telah berhasil "memahasiswakan" dirinya. Saya memberikan 10 pertanyaan untuk mereka jawab, dan salah satu dari para mahasiswa tersebut menjawab pertanyaan saya demikian...
1. Waktu mau masuk kuliah dulu apa sih yg terlintas di pikiran kamu tentang perkuliahan?
Jwb: Perkuliahan menurut saya suatu tempat baru yang lebih ke pengembangan personal.
2. Saat masuk kamu punya keyakinan untuk lulus dengan hasil memuaskan?
Jwb: Belum
3. Kenapa kamu mau kuliah dan apa yg mendasari kamu untuk mau kuliah.
Jwb: Tuntutan ilmu karna kita butuh itu. Kalo cuman sma pemikiran kita ya gitu2 aja.
4. Pernah gak takut dapat nilai jelek dan takut karena gak ngumpulin tugas?
Jwb: Pasti takut.
5. Apa kamu merasa berubah setelah kamu menjalani kuliah di beberapa semester? Dan apa sih sebenarnya yg membuat kamu ngerasa berubah?
Jwb: Tepatnya pada smester 2. Membandingkan sebelum saya kuliah dan setelah saya kuliah.
6. Faktor apa yg bikin kamu betah kuliah smpai akhir masa studi?
Jwb: Faktor yang mendorong sya keluarga dan memang itu timbul dari dasar pemikiran saya. Untuk bersaing ke dunia creative.
7. Menurutmu seperti apa sih dosen yg ideal dan sudahkah kamu menemukannya dikampusmu?
Jwb: Sudah, dia bisa menempatkan dirinya dalam keadaan yang sulit. Contoh, ketika d luar perkuliahan dia bisa menjadi teman. Ketika di dalam perkuliahan dia adalah dosen. dia tidak terlalu dekat dngn mahasiswa harus memiliki jarak. Agar si mahasiswa tidak sembarangan.
8. Apa yg kamu inginkan dari pengajar/dosen saat berhadapan dengan mahasiswa?
Jwb: Lebih kreatif dari hari kemarin Memberikan suatu cara atau ilmu yang berguna untuk sebuah dunia kretif. Dan yang terpenting realistis. Tidak terpaku pada sistem perkuliahan yang basi.
9. Lebih suka mana dosen yg galak tegas atau santai dan pemaaf?
Jwb: Lebih suka dengan dosen yang bisa menempatkan diri alias berilmu.
10. Menurutmu apakah dosen punya tanggung jawab penuh pada mahasiswa sampai dia berhasil jadi orang sukses?
Jwb: Tidak, dosen hanya membimbing bukan sebagai orang yang bertanggung jawab akan masa depan. Kita sendiri yang menentukan masa depan kita. Untuk creative kita harus keluar dari zona nyaman.
Dari pernyataan si mahasiswa jelaslah terlihat proses pematangan itu. Namun yg terjadi sesungguhnya dari seluruh sampel di temukan jawaban matang dengan perbandingan 1:3.
Dan yang mempengaruhi hal tersebut adalah kesadaran diri mereka masing masing.
Tetapi yang saya garis bawahi bukan hanya pada perubahan mahasiswanya saja, melainkan apa yg disampaikan oleh beberapa mahasiswa tentang harapannya kepada dosen, hampir semua sama antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lain. Walaupun kita tidak memiliki kewajiban 100% untuk membuat mereka berhasil, tetapi mari kita sisihkan waktu untuk bisa berbicara dan memberikan solusi kepada mereka tanpa melanggar batas batas norma sebagai dosen.